Tren Kejahatan Siber 2024, Ransomware Masih Jadi Ancaman

Jakarta - Memproteksi data merupakan langkah yang tepat di era yang serba digital ini. Ransomware masih menjadi ancaman dalam tren kejahatan siber tahun 2024.

"Nah ini akan tetap menjadi tren di 2024. Ransomware tetap menjadi critical, Karena menyebarkannya mudah, saya sebar saja ke semua, kalian dapat email dan sudah terkena," kata Territory Manager Kaspersky for Indonesia Dony Koesmandarin di Jakarta, Selasa (27/2/2024).
Melihat tren yang terjadi di 2023, Dony juga menyatakan bahwa tak jauh berbeda dengan ancaman yang akan terjadi di tahun 2024 ini. Ransomware masih jadi ancaman yang serius bagi semua lini sebagai cara penjahat siber menjalankan aksinya.

"Mereka menargetkan siapa namanya, siapa orangnya yang mau kita target. Tapi secara umum biasanya mereka coba siapa yang lengah sih. (Ibarat) saya lempar ke semua dan siapa yang jawab, misalkan dari 100 ya masa satu atau dua nggak ada yang bales sih, jadi kaya gitu sistemnya," tegas Dony. Adapun ancaman kejahatan siber lainnya untuk tahun 2024 seperti yang dipaparkan oleh Dony antara lain Romance-investment Scams, Money Laundering, Illegal Gambling, Crypto Fraud, Financial Services Outage, DDoS Attacks, dan Website Defacements. Kemudian ia juga menerangkan modus payment gateway ancaman yang tak terelakkan ke depannya.

"Payment gateway ini menjadi hal yang risiko, karena kan kita lihat beberapa hal ada yang dapat undangan di Whatsapp, Apk, dan sebagainya. Tiba-tiba rekeningnya hilang, tiba-tiba saya punya aplikasi payment di dalam hilang dan sebagainya," katanya.
Dony juga mengingatkan untuk selalu mengantisipasi segala kemungkinan yang menjadi ancaman dari kejahatan siber ini. Terlebih kepada pemilik data yang krusial dan skalanya besar seperti sektor finansial juga lembaga pemerintahan. "(Sektor) finansial itu menjadi target market yang cukup besar. Kedua juga pasti government karena datanya banyak dan datanya besar," kata Dony.

Maka dari itu, pihaknya melakukan sebuah terobosan melalui produk yang dinamakan Kaspersky Unified Monitoring and Analysis Platform (KUMA) yang memiliki tujuan untuk membantu bisnis dan organisasi tetap aman di dunia maya dengan merangkul digitalisasi. General Manager Kaspersky untuk Asia Tenggara Yeo Siang Tiong mengatakan dalam hal keamanan siber, sistem operasi yang paling aman sekalipun dapat disusupi. Hal ini karena para pelaku APT (Advanced Persistent Threat) terus mengembangkan taktik mereka dan mencari kelemahan baru untuk dieksploitasi. "Dunia harus memprioritaskan keamanan sistem mereka. Hal ini melibatkan penyediaan alat terbaru bagi karyawan dan tim teknis untuk secara efektif mengenali dan mempertahankan diri dari potensi ancaman serta remediasi insiden secara tepat waktu," jelasnya.

Sumber : detik.com